Selasa, 03 Desember 2013

ADAPTASI REMAJA DI SEKOLAH BARU

Adaptasi, Kunci Memasuki Lingkungan Baru

Suasana baru, semangat baru! Itulah slogan yang perlu kita patrikan tiap memasuki suatu lingkungan yang baru. Sifat dasar manusia yang mudah bosan terhadap hal-hal yang lama, mendorongnya untuk menyenangi hal-hall-hal yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Lingkungan yang baru merupakan suatu tantangan yang harus ditaklukkan.
Ada pula sekumpulan orang yang mempunyai slogan ‘suasana baru, masalah baru’. Memasuki lingkungan yang baru merupakan sebuah boomerang bagi mereka. Pikiran-pikiran negatif tentang berbagai masalah yang akan timbul telah memenuhi angan-angan bahkan sebelum mereka mengetahui lingkungan baru yang akan mereka masuki.
Adaptasi. Sebenarnya itulah kunci ketika kita memasuki lingkungan yang baru. Bagi Sahabat-Sahabat BuKa yang telah lulus dari bangku SMA/SMK/sederajat dan berhasil masuk perguruan tinggi sebeken UNS dan masuk prodi BK (congratulation!), lingkungan kampus (kuliah) tentunya merupakan hal yang baru. Setidaknya ada tiga macam adaptasi yang perlu Sahabat BuKa lakukan, yaitu adaptasi akademik, adaptasi kultur, dan adaptasi sosial.


Adaptasi akademik ini berupa adaptasi terhadap kurikulum, Sistem Kredit Semester (SKS), sistem perkuliahan, berbagai mata kuliah, cara mengajar dosen, yang tentunya belum ditemui ketika masih berada di tingkat SMA/SMK/sederajat. Bagi Sahabat BuKa yang bukan berasal dari daerah Solo dan sekitarnya atau mungkin malah berasal dari luar Jawa, adaptasi kultur perlu juga dilakukan. Misalnya, tentang bahasa keseharian, adat-istiadat, norma-norma masyarakat, khususnya yang berlaku di kota Solo perlu diketahui agar dapat beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Sedangkan adaptasi sosial diperlukan ketika kita bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dosen, teman seangkatan, kakak tingkat, dan masyarakat pada umumnya.
Di lingkungan kampus, kita akan menemukan teman dari berbagai daerah yang membawa corak khas perilaku tersendiri. Gaya bahasa dan berbicara mereka mungkin terkadang asing bagi kita, namun bukankah indahnya kehidupan terletak pada perbedaan? Pelangi menjadi indah karena perpaduan apik dari berbagai warna, bukan hanya karena merahnya saja atau karena warna hijaunya saja. Yang penting Sahabat, sikap toleransi, saling pengertian, dan saling menghargai harus kita pegang dalam menghadapi perbedaan.
Adaptasi memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, namun tidak pula mustahil untuk ditunaikan. Lingkungan baru bukanlah momok yang menakutkan apabila disikapi secara tepat dan bijak, sebab justru dari hal-hal yang baru itulah kita akan berkembang dengan mempelajari sesuatu yang baru.
Adaptasi tidak serta merta dapat kita lakukan dalam waktu sehari dua hari saja, melainkan butuh waktu dari hari ke hari agar kita bisa lebih baik dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan di mana kita berada. Dengan kata lain, semua ini adalah mengenai proses bukan hanya hasil. Jangan hanya terpaku untuk menjadi baik, diterima, dan berada pada posisi yang kau harapkan dalam lingkunganmu, melainkan berusahalah sekerasnya agar kau bisa memahami lingkungan itu, menerimanya secara wajar, dan dapat menyatu bersamanya, bukan demi orang lain, tetapi demi dirimu sendiri. Demi masa depanmu di sini.
Apabila masing-masing kita dapat menunaikan ‘amanah’ beradaptasi dalam lingkungan BK sebagai sebuah keluarga dengan baik maka alangkah indahnya. Kuliah nikmat, belajar semangat, suntuk tak lagi jadi sebab. Kampus benar-benar bisa menjadi rumah kedua bagi kita, para mahasiswanya karena di sini pun kita merasa punya keluarga, terlebih bagi para mahasiswa yang berasal dari luar daerah yang tidak intens bertemu dengan keluarga aslinya.
Jadi, mari kita hiasi pikiran kita dengan cita positif dan semangat baru di hati kita dalam memulai perjuangan di semester ini dan selanjutnya sehingga dapat menggoreskan tinta prestasi yang setinggi-tingginya.BK Jaya! 

Oleh: Afrelya, Sekar Restika & Alim Fatimah (Buletin BK edisi 3/Juli 2011)