Adaptasi, Kunci Memasuki Lingkungan Baru
Suasana baru, semangat baru! Itulah slogan yang perlu kita patrikan tiap memasuki suatu lingkungan yang baru. Sifat dasar manusia yang mudah bosan terhadap hal-hal yang lama, mendorongnya untuk menyenangi hal-hall-hal yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Lingkungan yang baru merupakan suatu tantangan yang harus ditaklukkan.
Ada pula sekumpulan orang yang mempunyai slogan ‘suasana baru, masalah baru’. Memasuki lingkungan yang baru merupakan sebuah boomerang bagi
mereka. Pikiran-pikiran negatif tentang berbagai masalah yang akan
timbul telah memenuhi angan-angan bahkan sebelum mereka mengetahui
lingkungan baru yang akan mereka masuki.
Adaptasi.
Sebenarnya itulah kunci ketika kita memasuki lingkungan yang baru. Bagi
Sahabat-Sahabat BuKa yang telah lulus dari bangku SMA/SMK/sederajat dan
berhasil masuk perguruan tinggi sebeken UNS dan masuk prodi BK (congratulation!),
lingkungan kampus (kuliah) tentunya merupakan hal yang baru. Setidaknya
ada tiga macam adaptasi yang perlu Sahabat BuKa lakukan, yaitu adaptasi
akademik, adaptasi kultur, dan adaptasi sosial.
Adaptasi
akademik ini berupa adaptasi terhadap kurikulum, Sistem Kredit Semester
(SKS), sistem perkuliahan, berbagai mata kuliah, cara mengajar dosen,
yang tentunya belum ditemui ketika masih berada di tingkat
SMA/SMK/sederajat. Bagi Sahabat BuKa yang bukan berasal dari daerah Solo
dan sekitarnya atau mungkin malah berasal dari luar Jawa, adaptasi
kultur perlu juga dilakukan. Misalnya, tentang bahasa keseharian,
adat-istiadat, norma-norma masyarakat, khususnya yang berlaku di kota
Solo perlu diketahui agar dapat beradaptasi dengan masyarakat sekitar.
Sedangkan adaptasi sosial diperlukan ketika kita bergaul dan
berkomunikasi dengan orang lain, yaitu dosen, teman seangkatan, kakak
tingkat, dan masyarakat pada umumnya.
Di
lingkungan kampus, kita akan menemukan teman dari berbagai daerah yang
membawa corak khas perilaku tersendiri. Gaya bahasa dan berbicara
mereka mungkin terkadang asing bagi kita, namun bukankah indahnya
kehidupan terletak pada perbedaan? Pelangi menjadi indah karena
perpaduan apik dari berbagai warna, bukan hanya karena merahnya saja
atau karena warna hijaunya saja. Yang penting Sahabat, sikap toleransi,
saling pengertian, dan saling menghargai harus kita pegang dalam
menghadapi perbedaan.
Adaptasi
memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, namun tidak pula
mustahil untuk ditunaikan. Lingkungan baru bukanlah momok yang
menakutkan apabila disikapi secara tepat dan bijak, sebab justru dari
hal-hal yang baru itulah kita akan berkembang dengan mempelajari sesuatu
yang baru.
Adaptasi
tidak serta merta dapat kita lakukan dalam waktu sehari dua hari saja,
melainkan butuh waktu dari hari ke hari agar kita bisa lebih baik dalam
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan di mana kita berada. Dengan
kata lain, semua ini adalah mengenai proses bukan hanya hasil. Jangan
hanya terpaku untuk menjadi baik, diterima, dan berada pada posisi yang
kau harapkan dalam lingkunganmu, melainkan berusahalah sekerasnya agar
kau bisa memahami lingkungan itu, menerimanya secara wajar, dan dapat
menyatu bersamanya, bukan demi orang lain, tetapi demi dirimu sendiri.
Demi masa depanmu di sini.
Apabila
masing-masing kita dapat menunaikan ‘amanah’ beradaptasi dalam
lingkungan BK sebagai sebuah keluarga dengan baik maka alangkah
indahnya. Kuliah nikmat, belajar semangat, suntuk tak lagi jadi sebab.
Kampus benar-benar bisa menjadi rumah kedua bagi kita, para mahasiswanya
karena di sini pun kita merasa punya keluarga, terlebih bagi para
mahasiswa yang berasal dari luar daerah yang tidak intens bertemu dengan
keluarga aslinya.
Jadi,
mari kita hiasi pikiran kita dengan cita positif dan semangat baru di
hati kita dalam memulai perjuangan di semester ini dan selanjutnya
sehingga dapat menggoreskan tinta prestasi yang setinggi-tingginya.BK
Jaya!
Oleh: Afrelya, Sekar Restika & Alim Fatimah (Buletin BK edisi 3/Juli 2011)