Remaja, globalisasi, dan gaya hidup |
Written by Nova | |
Dinamika
zaman selalu menyuguhkan sajian hangat, membuat penasaran, kecanduan,
dan tak sedikit pandangan tak sedap jika tidak mengikuti arus
berputarnya, terlebih bagi kaum “remaja” yang nota bene
masih “labil” di tengah pencarian jati dirinya. Berbagai slogan pun
muncul di kalangan remaja, seperti “tidak gaul jika tidak mengikuti arus
(globalisasi)”, ataupun “tidak modern kalau gaptek” sayangnya mereka
hanya berpatokan pada bangsa lain (Barat), hingga budaya sendiri rela
digadaikannya. Tak bisa dipungkiri memang, begitu banyak hal positif
yang dapat kita semai dari perubahan (teknologi, industri), namun hal
negatif pun kerap tak dapat kita hindari akibat dari adanya proses
tersebut. Saat ini kita dapat menembus dunia yang tanpa batas dan ruang,
mengakses segala informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia
dengan cepat, berkomunikasi dengan siapa pun di manapun dengan efektif,
dan berbagai aktivitas lainnya yang serba instan dengan tidak
mengesampingkan aktivitas pokok.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, remaja diartikan sebagai usia muda atau mulai dewasa. Masa
remaja merupakan masa pencarian jati diri, di mana pada fase ini mereka
belajar untuk memahami dan menerima keadaan dan kenyataan yang ada
dalam dirinya dan orang lain, juga termasuk lingkungan sosial yang membentuknya. Menurut Sudarwan (2010), periode remaja transisi berusia antara 12-19 tahun di mana periode ini merupakan transisi antara masa kanak-kanak dan usia dewasa. Periode
ini merupakan masa perubahan yang sangat besar. Selama periode tahun
ini pertumbuhan fisik, emosional, dan intelektual terjadi dengan pesat, hal tersebut menjadikan individu sebagai remaja untuk menyesuaikan dan memperluas pandangannya tentang dunia (rasa ingin tahu yang tinggi).
Pertumbuhan
dan perkembangan remaja dapat dilihat dari dua sisi yang saling
terkait, di mana ia mengalami perubahan secara fisik (biologis) dan
psikis (rohani dan sosial), sebagaimana diutarakan Sudarwan (2010: 8).
Ketika seorang individu beranjak remaja, berarti ia telah mampu untuk
membedakan hal yang baik dan yang buruk, hal tersebut perlu perhatian
dan pengawasan dari orang-orang di sekitarnya (orang tua, guru,
masyarakat).
Berbicara
mengenai remaja dengan globalisasi dewasa ini, memunculkan berbagai isu
untuk terus diikuti perkembangan dan dinamikanya, juga sebagai bahan
kajian yang tak kalah menarik. Era
globalisasi menuntut segala aspek kehidupan dan seluruh masyarakat
untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Era globalisasi merupakan era persaingan bebas dalam segala aspek kehidupan (ekonomi, pendidikan, teknologi, dll.), pada era ini memperlihatkan suatu kondisi bahwa dunia ini sudah semakin kecil. Di dalam konteks informasi, dunia ini sudah menjadi satu, tidak ada lagi kotak-kotak yang membatasi wilayah satu dengan lainnya. Dengan adanya peran media (televisi, radio, majalah, internet) telah mempengaruhi gaya hidup dan moralitas remaja.
Dampak Globalisasi Bagi Remaja (gaya hidup, moralitas)
a. Dampak Positif
- Kemajuan
teknologi berkembang dengan pesat (internet: memudahkan akses informasi
dan komunikasi; ajang silaturahmi dan eksistensi remaja lewat situs
jejaring sosial (dengan adanya facebook, twitter); ajang bisnis online, dll.
- mempercepat pertumbuhan perkembangan remaja (memiliki rasa ingin tahu yang tinggi).
b. Dampak Negatif
- Tercerabutnya
akar budaya, remaja kini merasa malu dengan budaya sendiri dan merasa
bangga dengan budaya asing. Dengan adanya berbagai media yang sering
diakses oleh para remaja, membuat mereka ingin seperti yang mereka
idolakan (proses tersebut perlahan telah mengubah gaya hidup remaja). Di
satu sisi hal ini berdampak positif karena memacu perubahan, namun di
lain sisi telah mengantarkan mereka pada budaya asing yang tidak sesuai
dengan norma-norma pada masyarakat tertentu (misalnya: pacaran yang
berlebihan, dugem, hedonis, konsumtif, dll.)
- Dengan
adanya kemajuan teknologi (internet), membuat remaja menjadi pemalas
(membuang waktu percuma di hadapan komputer hanya untuk chatting, atau facebook-an), hal tersebut bisa membuat perkembangan sosialisasi (khususnya remaja) tidak baik, enggan berkomunikasi langsung dengan orang lain, akan menimbulkan keegoisan dan individualis (tidak mau bekerja sama dengan orang lain), dll.
- Hilangnya identitas diri (para remaja dihadapkan pada proses mengikuti dan meniru trend
asing terus-menerus, misalnya pop Korea yang sedang menjadi kiblat para
remaja kini. Mereka merubah penampilan (model rambut, mode pakaian),
gaya hidup, dan lebih mudah menerima budaya bangsa lain dibanding
melestarikan budaya sendiri, hal ini dapat melahirkan hibridasi budaya
(budaya campuran) sebagai akibat dari adanya globalisasi.
Plummer
(1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan
oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang
mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka
pikirkan tentang dunia sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, kaum
remaja sangatlah identik dengan apa yang mereka lakukan dalam setiap
waktunya (remaja tidak terlepas dari peran media dalam kehidupan
sehari-harinya). Sebagian besar waktu mereka tersita dengan menonton
siaran televisi (program-program yang mereka minati yang bertemakan
hiburan, musik, fashion, dll. seperti: film-film Korea, ajang reality
show “Girl and Boy Band”), mendengarkan siaran radio (lagu-lagu yang
sedang nge-trend), mengikuti perkembangan para idolanya dalam
majalah ataupun internet, dan berbagai cara lain guna memperoleh
informasi agar tidak ketinggalan zaman.
Adler
(dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal
yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan tiga hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
Bertolak pada pengertian gaya hidup di atas, remaja merupakan sasaran
empuk dari terciptanya pola-pola kehidupan berdasarkan persahabatan dan
cinta. Di mana pada masa tersebut merupakan saat-saat untuk mereka
saling mengekspresikan rasa persahabatan dan cinta dalam berbagai bentuk
(hal ini dapat berakibat positif dan negatif, dengan munculnya
geng-geng antar remaja, biasanya bermula dari lingkungan sekolah, tempat
di mana mereka berinteraksi dengan teman sebaya).
Dari
munculnya berbagai dampak globalisasi (peran media) terhadap remaja
(gaya hidup dan moralitas) di atas, sangat diperlukan perhatian dan
pengawasan dari berbagai pihak, agar dalam proses perkembangan
berikutnya tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan (baik bagi remaja
sendiri maupun bagi keberlangsungan bangsa ini). Perlu dilakukan hal-hal
berikut:
- Adanya kontrol sosial dari orang tua, guru, dan masyarakat sekitar, juga dengan mengadakan kegiatan-kegiatan positif yang melibatkan remaja;
- Adanya sosialisasi tentang pentingnya melestarikan budaya warisan leluhur;
- Perhatian dan pengawasan dari orang tua dan guru terhadap remaja harus lebih besar dan lebih dekat terhadap mereka, agar mereka lebih terbuka dan mudah diarahkan;
- Komunikasi yang baik antara orang tua, guru, dan remaja; serta
- Perkembangan tentang globalisasi dan informasi harus terus diikuti oleh orang tua dan guru.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar